Bismillahirrahmanirrahim.
Akikah memiliki keutamaan yang sangat besar. Hal ini sebagaimana yang dikabarkan di dalam hadis sahih dari sahabat Samurah bin Jundub Radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
ÙƒÙلّ٠غÙلاَم٠مÙرْتَهَنٌ بÙعَقÙيقَتÙه٠تÙذْبَØ٠عَنْه٠يَوْمَ السَّابÙع٠وَيÙØْلَق٠رَأْسÙÙ‡Ù ÙˆÙŽÙŠÙسَمَّى
“Setiap anak tergadaikan dengan akikahnya. Disembelih atas namanya pada hari ketujuh, dicukur gundul rambutnya, dan diberi nama†(HR. Ahmad no. 20722, at-Tirmidzi no. 1605, dan dinilai sahih oleh al-Albani).
Al-Khottobi Rahimahullah menerangkan makna hadis ini, dengan mengutip keterangan Imam Ahmad Rahimahullah,
قال Ø£Øمد: هذا ÙÙŠ الشÙاعة يريد أنه إن لم يعق عنه Ùمات Ø·Ùلاً لم ÙŠÙØ´Ùع ÙÙŠ والديه
“Imam Ahmad berkata, ‘(Makna tergadaikan di sini adalah) tentang syafaat. Jika tidak diakikahi, kemudian anak meninggal sebelum baligh, maka orang tua terhalang dari (mendapatkan) syafaat anak'†(Lihat Al-Mifshal fi Ahkam Al-Aqiqah, hal. 30).
Penjelasan Imam Ahmad di atas dikuatkan oleh Ibnu Hajar Rahimahumallah,
اختل٠الناس ÙÙŠ هذا، وأجود ما قيل Ùيه: ما ذهب إليه Ø£Øمد بن Øنبل قال: هذا ÙÙŠ الشÙاعة، يريد أنه إذا لم يعق عنه Ùمات Ø·Ùلاً لم يشÙع ÙÙŠ أبويه
“Para ulama berbeda pendapat tentang makna ‘anak tergadai sampai diakikahi’. Namun pendapat yang paling baik adalah apa yang dikatakan oleh Imam Ahmad bin Hambal. Beliau mengatakan, ‘Hadis ini berkenaan dengan syafaat.’ Maksud beliau, jika anak belum ditunaikan akikahnya, lalu meninggal saat masih kecil, maka kedua orangtuanya tidak bisa mendapatkan syafaatnya†(Fathul Bari, 12: 410).
Mengingat keutamaan yang besar ini, maka tetap dianjurkan mengakikahkan bayi yang lahir meskipun telah meninggal.
Sebagaimana dijelaskan dalam Fatwa Lajnah Da-imah (Majelis Fatwa dan Ulama Senior Saudi Arabia) berikut,
إذا توÙÙŠ الØمل بعد Ù†ÙØ® Ø§Ù„Ø±ÙˆØ Ùيه، وسقط من بطن أمه Ùإنه يغسل ويكÙÙ† ويصلى عليه ويدÙن، ويستØب أن يسمى وأن يعق عنه وهو ما تسمونه الطلوعة، والسنة عن الذكر اثنتان وعن الأنثى واØدة من الغنم كل واØدة تجزئ ÙÙŠ الأضØية. وبالله التوÙيق، وصلى الله على نبينا Ù…Øمد وآله وصØبه وسلم
“Jika janin meninggal setelah ditiupkan ruh, kemudian ibunya keguguran, maka janin itu dimandikan, dikafani dan disalatkan, kemudian dikuburkan. Disunahkah diberi nama dan diakikahkan. Bagi anak laki-laki dua kambing, anak perempuan satu kambing. Kriterianya adalah kambing yang sah untuk kurban. Semoga Allah memberikan taufik, selawat serta salam untuk Nabi kita Muhammad serta keluarga dan para sahabat beliau†(Fatwa Lajnah Da-imah, 10: 459-460).
Selain itu, bayi yang sudah ditiupkan ruh (yakni sejak umur 4 bulan di dalam kandungan), sudah dihukumi sebagai manusia yang kelak di hari kiamat akan dibangkitkan. Sehingga, dianjurkan untuk tetap diakikahkan.
Semoga penjelasan ini bermanfaat untuk penulis dan juga para pembaca sekalian.
Wallahua’lam bis showab.
Sumber: https://muslim.or.id