13 Keutamaan Menikah Muda, Lengkap Dengan Manfaatnya
Saat itu seseorang mulai memvariasikan hidupnya dengan mencoba menjadi bagian dari hidup orang lain, dan menjalin hubungan yang berasaskan saling melengkapi untuk mencapai satu kebahagiaan yang ditempuh bersama-sama. Di sebagian kebudayaan, menikah dan kawin di usia muda adalah hal yang tabu dan asing, apalagi di zaman modern ini. Di negara lain, justru sebaliknya. Remaja zaman now kalau belum punya pacar dan belum pernah berhubungan intim, GAK KEREN namanya.
- Romantis
Menikah adalah bukti cinta sejati. Ia adalah lambang dari romantisme yang hakiki. Perlu diketahui muda-mudi yang suka tebar pesona sok romantis, supaya tidak ada lagi yang tertipu sama gombalan dan modus.Jangan percaya kalau ada orang yang bilang cinta, kalau gak ada progres dari ucapannya. Buktikan, setidaknya dengan melamar.Jangan tergoda hanya dengan puisi dan bunga, sebenarnya dia gak benar-benar punya rasa. Buktinya, dia gak pernah berikrar dan membawa mahar. Tepat sekali jika Rasulullah -alaihis shalatu was salam- berkata, mengenai romantisme pernikahan ini:
لَمْ نَرَ – يُرَ- لِلْمُتَحَابِّينَ مِثْلُ النِّكَاحِ“
Tidak ada romantisme yang lebih indah bagi dua orang yang saling mencintai selian menikah.”(Ibnu Majah, Ibnu Abi Syaibah, Baihaqi dan dishahihkah oleh Albani)
- Membangun Keseimbangan Awal
Usia muda adalah masa ketika gejolak jiwa mulai bertumbuh, dan merupakan masa dimana Anda butuh seseorang untuk menopang diri dan hidup agar masa depan kita lebih teratur, terarah, dan seimbang. Adalah sangat bermanfaat ketika masa muda disibukkan dalam karir, meskipun lelah menghadapi kesulitan dan tantangan, namun selalu ada seseorang yang mendampingi Anda menghadapi itu semua. Ia akan menjadi tempat mengungkapkan setiap keluh kesah yang Anda alami dalam hidup. Ia juga merupakan penerang ketika Anda mendapati jalan yang gelap lagi buntu.
- Saat Terbaik Untuk Saling Menyesuaikan
Jika kita perhatikan, akhir-akhir ini di daerah perkotaan sangat marak perceraian, belum lagi perceraian ini dialami para selebritis kemudian disiarkan media. Sebenarnya apakah yang menyebabkan hal ini bisa terjadi? Pasalnya, banyak pemuda-pemudi yang ikutan alergi terhadap pernikahan sweet seventeen. Tentu saja berimbas pada jumlah remaja pacaran, segan menikah, takut sama orang tua, akibat minim kedewasaan, dengan alasan ingin mengenal calon pasangan terlebih dahulu. Padahal, paling asyik mengenal pasangan itu setelah akad nikah. Toh pacaran diluar nikah tidak menjamin kita mengenal pasangan. Buktinya, banyak orang dewasa yang bercerai meskipun sudah pacaran 5-10 tahun. Toh pacaran bisa berkedok, sok baik, sok rajin, pakai makeup. Bayangkan sebaliknya, jika dua individu yang telah kuat dalam suatu prinsip, kemudian disatukan dalam rumah tangga. Lantas ternyata setelah menikah ditemukan ketidak cocokan pada prinsip masing-masing, bukankah hal ini akan lebih mudah menghancurkan sebuah pernikahan? Menikah di usia muda itu bagai membentuk sebuah adonan kue, Anda akan belajar bagaimana caranya untuk lebih saling mengerti dan memahami. Witing tresno jalaran soko kulino. Menyesuaikan karakter akan lebih mudah dilakukan saat usia masih muda, karena suami-istri masih lebih terbuka untuk belajar. Shaleh Abdul Qudus berkata
إن الغُصُونَ إِذا قَوَّمْتَها اعتدلْت # ولا يلينُ إِذا قَوَّمْتَهُ الخَشَبُRanting muda itu mudah sekali diluruskan,jika kau mau. tidak sesulit dahan pohon tua yang kaku.
- Mencari Pasangan Sempurna
Tidak sulit mencari pasangan yang sempurna. Selama kita tidak memperumit diri kita dengan bejibun kriteria. Ketahuilah, ketika kesempurnaan adalah syarat sesorang boleh menikah dengan kita, maka kita telah menjadi orang yang egois. Karena kita hanya menuntut orang lain, sedangkan diri sendiri tidak sempurna.Dalam perjalanannya, rumah tangga tidak akan selalu indah seperti pengantin baru. Seiring dengan waktu, sifat asli pasangan pun akan kelihatan. Yang awalnya sempurna bagi kita, sangat mungkin berubah menjadi sosok yang paling menjengkelkan di dunia. Yang awalnya biasa-biasa saja, tidak menutup kemungkinan akan jadi lebih baik, bahkan membangun chemistry (baca: kemistri) terpendam hingga kita merasa “dialah jawaban atas doaku”. Selama mengarungi bahtera rumah tangga, setiap pihak akan belajar bagaimana karakter yang disukai dan dibenci oleh pasangannya. Hakikatnya, kesempurnaan hanyalah milik Allah ﷻ. Karenanya, kalau mau pasangan sempurna harus dibangun di atas standar Rabbul Alamin yakni aqidah dan agama. Perlu ditekankan, jangan karena kita berbicara tentang kesempurnaan, lantas kita berperinsip “gak sempurna gak apa” termasuk dalam hal agama.
- Kesiapan
Demi Allah! Orang yang menunggu untuk menjadi seseorang yang benar-benar sempurna baik di bidang agama, sosial, atau materi sama saja tidak mau menikah. Karena kesempurnaan adalah milik Allah. Merupakan hal yang sangat terpuji jika seseorang berusaha semaksimal mungkin memantaskan dirinya agar kelak dapat menjadi orang yang ideal bagi pasangan hidupnya. Sangatlah mulia seorang hamba yang belajar al-Quran, memahami Hadist, menguasai bahasa arab, mencari kekayaan, dan memupuk kedewasaan sebagai persiapan menikah. Namun sangat disayangkan, jika kemapanan harta dan jenjang pendidikan dijadikan alasan untuk menunda pernikahan. Apalagi dianggap sebagai satu-satunya kunci sukses berumahtangga. Sahabatku yang dicintai Allah, hidup itu seluruhnya adalah proses, proses mendewasakan dan proses yang menjadikan seseorang lebih pantas. Keputusan yang tepat adalah menikah meskipun masih miskin harta dan ilmu. Pernikahan itu pun akan membuat amal dan ilmu lebih sempurna, selama pernikahan itu dipenuhi semangat menuntut ilmu. Janji suci itu pun juga akan membuatmu lebih kaya dan berkecukupan, sebagaimana firman Allah azza wa jalla: |
وأنكحوا الأيامى منكم والصالحين من عبادكم وإمائكم إن يكونوا فقراء يغنهم الله من فضله والله واسع عليمNikahkanlah orang-orang yang sendirian (jomblo) di antara kamu, dan orang-orang yang patut (nikah) dari hamba-hamba sahayamu yang laki-laki dan erempuan. Jika mereka miskin, Allah akan cukupkan mereka dengan karunia-Nya. Allah Maha luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui. (an-Nur : 32)
- Berjuang Menjaga Kesucian
Tak dapat dipungkiri, kebutuhan seksual adalah fitrah manusia yang harus terpenuhi. Siapa saja, pria atau wanita boleh mendapatkannya. Tentu saja melalui prosedur KUA, yakni penikahan yang sah menurut agama. Makanya, Islam tidak pernah melarang siapapun untuk menikah. Mau itu ustadz, profesor, ulama, guru, pengurus masjid, semuanya boleh nikah tanpa terkecuali. Dengan pernikahan, hasrat seksual akan lebih mudah diatasi. Tentu saja lebih melindungi diri dari maksiat kepada Allah. Sebagaimana sabda Rasulullah shallalahu `alahi wassalam:
يا معشر الشباب ، من استطاع منكم الباءة فليتزوج فإنه أغض للبصر ، وأحصن للفرج ، ومن لم يستطع فعليه بالصوم فإنه له وجاءWahai para pemuda! Siapa saja di antara kalian berkemampuan untuk nikah, maka menikahlah, karena pernikahan itu dapat menundukkan pandangan dan lebih membentengi farji (kemaluan). Siapa saja yang belum mampu, hendaklah ia berpuasa, karena puasa itu perisai bagi dirinya. (al-Bukhari).
Secara otomatis, melalui pernikahan, potensi untuk melakukan maksiat akan berkurang. Jangankan zina, melamun saja sudah menjauhkan kita dari mengingat Allah, terlebih ngelamunin lawan jenis. Kalau sudah punya pasangan kan bisa ngelamunin suami/istri. Dengan menikah, nilai ketakwaan kita di hadapan Allah juga bertambah. Secara tidak langsung, pernikahan menjaga diri kita sekaligus agama Islam. Sebagaimana sabda Rasulullah
ﷺ: من تزوج فقد أحرز شطر دينه فليتق الله في الشطر الثانيSiapa saja menikah, maka ia telah melengkapi separuh dari agamanya. Hendaklah ia bertaqwa kepada Allah dalam memelihara yang separuhnya lagi. (Thabarani dan Hakim)Meskipun hadits di atas dianggap dhaif atau hasan li ghairihi, tapi kandungan maknanya benar. Imam al-Ghazali dalam kitabnya, Ihya Ulumiddin berkomentar: “Ini adalah isyarat tentang keutamaan menikah, dalam rangka melindungi diri dari penyimpangan, agar terhindar dari kerusakan. Karena pada umumnya yang sering merusak agama manusia adalah kemaluan dan perutnya. Dengan menikah, maka salah satunya telah terpenuhi.” Al-Qurthubi menlanjutkan: “Makna hadits ini bahwa nikah akan melindungi orang dari zina.”
- Puncak Kebahagiaan
Pastinya semua manusia ingin bahagia. Walaupun bahagia itu sendiri berbeda-beda menurut persepsi orang. Bagi sebagian, bahagia itu sederhana, asal bisa beribadah walaupun miskin. Menurut yang lain, bahagia adalah kepuasan meraih sukses (pendidikan tinggi, karir menanjak, nama baik, penghargaan dll). Terserah yang mana, apapun itu. Kalau Anda kelompok pertama, menikahlah. Karena pernikahan adalah ibadah dan menyejukkan. Jika Anda golongan kedua, menikahlah. Karena dengan menikah, Anda akan merasakan kesuksesan meskipun belum meraih cita-cita yang Anda targetkan. Menikah juga dapat membimbing agar lebih cepat sampai tujuan. Karena pernikahan itu membuat kita jadi fokus. Allah –subhanahu wa ta’ala– berfirman: Di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya adalah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri,2 supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan Ia menjadikan rasa kasih dan sayang di antara kalian. Sungguh pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir. (ar-Rum : 21) Menikah itu menenteramkan. Mau Ibadah, enak dan nyaman. Yang tadinya tidak berpahala bahkan mengundang dosa, jadi membuahkan rahmat dari Allah. Menikah itu pintu gerbang kesuksesan. Berangkat kerja, ada yang dituju, untuk orang tercinta. Pulang kerja, ada yang menunggu, anak dan istri. Kerja lebih fokus dan bersemangat.
- Gerbang Memiliki Keturunan
Jujur saja, sering kali kita dibuat tertawa lucu dan gemas saat melihat anak-anak dan balita. Kita juga merasa bangga ketika menonton acara anak-anak berprestasi di TV dan lomba. Tidak jarang kita membayangkan betapa bahagianya kita jika anak-anak itu adalah anak kandung kita sendiri. Semua orang baik, pasti ingin punya momongan. Dalam surat Ali Imran: 4, Allah menyatakan bahwa anak-anak adalah penghias hidup manusia. Mereka mewarnai dengan keindahan. Mengenai anak ini Allah ﷻ mengajarkan pada kita sebuah doa dalam al-Quran, agar diberikan istri dan keturunan shalih yang menyejukkan hati:
ربنا هب لنا من أزواجنا وذرياتنا قرة أعين واجعلنا للمتقين إماماYa Rabb kami, anugerahkanlah kepada kami istri-istri dan keturunan (anak-cucu) yang dapat menyenangkan hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa. (al-Furqan: 74)
Secara tidak langsung, ada 2 makna pada aya di atas:
Pertama, “kalau mau mendapatkan kesenangan dan kebahagiaan, carilah dari anak-anak kalian, mereka adalah tempat yang tepat”.
Kedua, “kalau mau punya anak, nikah dulu, punya pasangan dulu.” Dalam tafsir as-Sam’ani, al-Qurazi berkata:
“Bagi seorang mukmin melihat istri dan keturunan yang bertakwa adalah hal yang paling membahagiakan.”
Kali ini, kita tidak akan membahas bagaimana cara membentuk anak yang dapat membuat kita menangis karena bahagia. Tapi, saya hanya ingin mengajak bepikir, “bagaimana mungkin punya anak, nikah saja belum!”
- Ibadah Yang Menyenangkan
Ceritanya ada 3 pemuda yang bertanya pada istri Nabi, bagaimana ibadah Rasul. Setelah diberitahu, mereka merasa bahwa ibadah mereka masih sangat kurang jika dibandingkan Rasul. Mereka termotivasi ingin beribadah semaksimal mungkin. “Salah satu diantara mereka akhirnya memutuskan untuk tekun ibadah dan menjauhi pernikahan. Menurutnya, menikah dan memiliki pasangan hanya akan menambah beban kehidupan. Setelah mengetahui kabar tiga sahabatnya ini, bukannya memberikan dorongan dan semangat, justru Nabi Muhammad melarangnya dan mengatakan bahwa beliau beribadah, juga menikah.” (al-Bukhari: 5063, Muslim: 1401) Hadits ini menunjukkan bahwa, lebih baik kurang ibadah tapi menikah, daripada bertahan membujang meskipun tekun ibadah. Lagi pula, siapa kita? Apa bisa ibadah 24 jam penuh tanpa tidur dan makan karena puasa dan tahajjud? Makanya, kalau gak bisa ibadah 7X24 jam, lebih baik menikah aja. Tidak mengekang diri, ibadah lebih longgar karena nilainya lebih baik dari ibadah seharian penuh. Bagaimana tidak asyik dan menyenangkan; menatap pasangan dapat rahmat Allah berpegangan tangan menghapus dosa, suap-suapan dapat pahala.
- Stamina dan Vitalitas yang Prima
Ketika Anda menikah di usia muda, maka kebugaran tubuh Anda sedang mencapai puncaknya. Bagi seorang wanita telah diketahui bawa menikah di atas usia 30 tahun akan menyebabkan kurangnya kesempatan bagi mereka untuk dapat hamil dan memperoleh keturunan. Selain itu, tubuh masih bisa diajak kompromi untuk bekerja keras dalam mencari nafkah dan mendidik anak. Bayangkan, seorang lelaki menikah di berusia 35 tahun. Saat anaknya baru masuk SMP, umur sang bapak sudah hampir setengah abad, akan sangat sulit baginya dapat bekerja keras lagi demi memenuhi kebutuhan anak dan rumah tangganya. Kebalikannya, seseorang menikah di usia muda, misalkan 20 tahun. Esimasinya, ketika berumur 21 atau 22 tahun, ia sudah memiliki keturunan. Ketika anaknya memasuki jenjang kuliah dan hampir tamat, ia baru berusia 40 tahun. Di usia 50 tahun, sudah bisa menimang cucu dan tidak perlu memeras otak terlalu keras hanya untuk membiayai sekolah anak. Menikah muda, merasakan masa muda dan tua bersama. Menikah tua, tidak akan merasakan masa muda bersama.
- Indahnya Masa Muda Akan Hilang Karena Mengasuh Anak?
Banyak yang menyangka bahwa memiliki anak di usia muda, hanya akan melenyapkan indahnya masa muda, karena direpotkan dalam mengasuh bayi. Ini adalah pola pikir pengecut dan pemalas, karena menyerah sebelum mencoba. Jika logika kita dipenuhi oleh hegemoni hura-hura, keluyuran, dan buang waktu. Tentu, masa muda yang berisi kesenangan sesaat akan pudar. Tapi kalau pikiran kita berisi visi dan misi ke depan, mengasuh anak tidak akan menghilangkan masa muda. Sebagai mana dijelaskan dalam poin-poin di atas. Mengasuh, membesarkan dan mendidik anak tidak boleh dijadikan beban. Bahkan Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- menganjurkan kita untuk memperbanyak anak. Nikahilah perempuan yang penyayang lagi subur. Sungguh aku akan berbangga dengan sebab banyaknya jumlah kalian (Ummat Nabi Muhammad) dihadapan para Nabi nanti pada hari kiamat. (Shahih riwayat Ahmad, Ibnu Hibban dan Sa’id bin Manshur dari jalan Anas bin Malik) Banyak anak, adalah sunnah Nabi. Kalau mau banyak anak, menikahlah selagi muda. Juga, Rasulullah ﷺ menerangkan akan keutamaan yang paling agung dari mempunyai anak, yakni: “Ketika manusia mati maka terputuslah dari semua amal kebaikannya kecuali tiga: Shadaqah jariyah [sedekah jangka panjang ilmu yang bermanfaat [diamalkan], da Anak shalih yang mendo’akannya” (Imam Muslim Sekali lagi tentang anak, bagaimana mungkin meraih doa anak shaleh, anak saja tidak punya. Nikah saja ngak, gimana mau punya anak.3 Jangan pernah terbesit di pikiran kita bahwa banyaknya anak akan membuat sempit kehidupan ekonomi, karena tidaklah Allah menciptakan seorang manusia ke permukaan bumi melainkan telah Allah jamin rezekinya, Allah ta`ala berfirman: Janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut kemiskinan. Kami lah yang akan memberi rezeki kepada mereka dan juga kepadamu. Sesungguhnya membunuh mereka adalah dosa yang besar. (al-Isra : 31) Banyak anak, banyak rezeki adalah fakta. Karena setiap anak dilahirkan bersama rizkinya masing-masing. So, jangan takut punya banyak anak.
- Menjauh Dari Zina
Telah diketahui bersama, dorongan seksual adalah fitrah manusia yang juga dimengeri dalam ilmu biologi. Islam tidak memerintahkan untuk membuhuh nafsu, melainkan mengendalikannya. Sedangkan mengendalikan itu semua sangatlah sulit. 16, 17, 18, 19 tahun usia kita, makin bertambah, makin bergejolak. Tentunya sangat berbahaya. Dorongan tersebut lama-kelamaan tidak akan dapat ditahan, terlebih di zaman teknologi ini. Di mana-mana banyak wanita berpakaian minim, ketat, bahkan telanjang. Akhirnya, seorang dapat terjerumus dalam perzinaan. Inilah yang ingin dijaga oleh Agama Islam. Sungguh, pernikahan akan semakin menundukkan pandangan dan menjaga kemaluan, serta menjauhkan dari perbuatan zina yang sangat dimurkai oleh Allah. Jika hasrat muncul, orang yang sudah menikah dapat kembali pada pasangannya. Kalau jomblo, bisa berbuat apa? Rabb ta’ala berfirman:
Janganlah kamu mendekati zina; sungguh zina itu adalah perbuatan yang keji lagi jalan yang buruk. (al-Isra: 32)
- Keutamaan Dari Allah
Dalam surat al-Isra, Allah menjelaskan bebagai perintah dan larangannya. Termasuk pernikahan dan kehidupan berumahtangga, yang kemudian ditutup dengan sebuah ayat yang berbunyi:
Itulah (nikah) hikmah yang diwahyukan Tuhan kepadamu. Janganlah kamu mengadakan tuhan yang lain di selain Allah, yang menyebabkan kamu dilemparkan ke dalam neraka secara hina lagi dijauhkan dari rahmat Allah. (al-Isra: 39)
Semoga dengan adanya tulisan ini keyakinan kita pada Allah akan bertambah dan kita akan terhindar dari ketakutan untuk memulai membina rumah tangga di usia muda. Bagi yang belum menikah, semoga Allah mudahkan ia menemukan pasangan hidupnya dan bagi yang telah menikah, maka jagalah pernikahanmu karena ia merupakan sebuah amanah dari Allah kepadamu. Jangan jadikan usia muda sebagai alasan bercerai. Tulisan di atas tidak hanya ditujukan untuk pria saja, perempuan juga boleh dan dianjurkan. Agar tidak malu, lamarlah pria idaman saudari ikutilah cara ta’aruf ibunda Khadijah.
Nikah muda, bukanlah hal yang buruk. Bahkan banyak tokoh masa lalu yang menikah di usia muda. Justru, nikah muda di umur 17-25 tahun akan menyelamatkan masa depan anak karena terhindar dari zina dan pacaran. Khususnya, wanita. Orang tua dituntut untuk berpikir terbuka. Pacaran adalah gerbang menuju perbuatan amoral seperti zina. Tentu saja itu perbuatan hina dan haram. Menutup pintu haram hanya bisa dengan membuka pintu halal. Menjauhi zina, cukup dengan melarang pacaran. Memotivasi anak agar menghindari pacaran sangat mudah, dengan mengizinkan para remaja untuk nikah muda.
Sumber : www.openulis.com
dashboard date_range29 Mar 2019 10:58am
-
commentsKomentar : 0
Berikan komentar terbaik Anda
Kategori
Tulisan Terbaru
Doa saat Sulit Melunasi Utang Lengkap dengan Terjemah dan Transliterasinya
07 Jan 2023 03:48pm
Waktu dan Ciri-ciri Malam Lailatul Qadar
07 Jan 2023 03:41pm
Viral Qariah Disawer Saat Baca Al-Qur’an, Bagaimana Hukumnya dalam Islam?
07 Jan 2023 03:21pm
Panduan Shalat Ghaib Lengkap Dalil, Niat, Bacaan, Arab dan Terjemah
07 Sep 2021 12:34pm
Hikmah Membaca Surat Al-Dhuha: Jalan Keluar Bila Menderita Kerugian
07 Sep 2021 11:20am
Sedang Shalat Lalu Ada Tamu, Apa yang Harus Dilakukan?
07 Sep 2021 11:14am
26 Aug 2021 11:05am
Apakah Bayi Meninggal Diakikahkan?
26 Aug 2021 10:49am
Pernahkah Kita Mendoakan Kebaikan untuk Indonesia?
26 Aug 2021 10:34am
Ayat-Ayat Al Qur’an yang Disunnahkan Dibaca Sebelum Tidur
26 Aug 2021 10:26am