Ummu Aiman termasuk perempuan yang pertama kali hijrah. Bahkan ia mengikuti dua kali hijrah baik ke Habasyah maupun ke Madinah. Menurut riwayat al Waqidi, Ummu Aiman juga turut hadir di medan peperangan seperti perang Uhud untuk menjadi relawan yang menyediakan minuman dan mengobati korban perang, begitu juga di perang Khaibar. Anak kandungnya Aiman pun juga turut ikut andil dalam peperangan, bahkan ia tercatat sebagai syuhada’ dalam perang Hunain. Perempuan yang juga dikenal dengan julukan Ummu Dziba’ (ibunya kijang) ini juga termasuk dalam jajaran priwayat hadis perempuan. Ia meriwayatkan hadis langsung dari Rasulullah SAW dan kemudian disampaikan kepada murid-muridnya. Salah satu muridnya adalah Anas bin Malik, Hanasy bin Abdillah as Shan’ani, dan Abu Yazid al Madini.
Salah satu hadis yang ia riwayatkan adalah sebagaimana berikut ini,
Diriwayatkan dari Ummu Aiman yang menceritakan bahwa dirinya pernah mengayak tepung dan diadon menjadi roti untuk dihidangkan pada Rasulullah SAW Setelah dibuatkan, Rasulullah SAW pun bertanya pada Ummu Aiman, “Bu, engkau membuat apa?” Ummu Aiman pun menjawab, “Ini saya buatkan roti khas Habasyah, Nabi.” “Wah, kalau begitu aku pun ingin mencoba membuatnya untukmu, wahai ibu,” respon Nabi menghormati pemberian ibu asuhnya tersebut” (HR. Ibnu Majah).
Rasulullah SAW sangat menyayangi dan menghormati Ummu Aiman seperti ibu kandungnya sendiri. Sebagaimana riwayat dari Ahmad bin abi khaisamah dari sulaiman bin abi syaikh di dalam kitab al-Isti’ab menyebutkan bahwa Nabi saw. pernah bilang begini: Ummu Aiman adalah ibuku setelah ibu kandungku.” Dikisahkan pula dari Abu Umar ia mengatakan bahwa Rasulullah SAW sering mengunjungi Ummu Aiman. Setelah Rasulullah SAW wafat, Abu Bakar dan Umar pun sering mengunjungi Ummu Aiman di tempat tinggalnya sebagaimana Rasulullah SAW melakukannya.
Bukti lain kecintaan Rasulullah SAW kepada Ummu Aiman adalah sebagaimana dikisahkan oleh Imam Muslim dalam kitab Shahih-nya bab Fadhail Ummi Aiman (keutamaan Ummu Aiman). Kisah tersebut diriwayatkan oleh Anas bin Malik yakni ketika selesai perang dan mendapatkan harta ghanimah, maka Kaum Muhajirin segera membagi hartanya kepada kaum Anshar (yang telah menolong mereka di Madinah), dan Nabi Saw. khusus memberikan bagian sebuah kebun kepada Ummu Aiman.
Tak disangka, Nabi wafat lebih dulu daripada ibu asuhnya tersebut. Dikisahkan di dalam shahih Muslim, Ummu Aiman menangis ketika Rasulullah SAW wafat. Ketika ditanya, “Kenapa kamu menangis?” “Demi Allah sungguh aku tahu ketika dia akan wafat, tetapi sungguh aku menangis ini (wafatnya Rasulullah SAW) adalah pertanda wahyu akan terputus dari langit,” jawab sedih Ummu Aiman. Demikianlah kisah dari Ummu Aiman perempuan yang pertama kali ikut membantu mengasuh Rasulullah SAW yang sangat dicintai Rasulullah SAW yang meninggal dunia di masa kekhalifahan Usman bin Affan. Wallahu a’lam.
Sumber : Islampos